Sabtu, 24 Mei 2014

Sholat Jama'ah Dan Munfarid



A.       Pengertian shalat berjamaah dan Mnfarid serta dasar hukumnya.

Pengertian shalat berjamaah dan Munfarid
Shalat berjama’ah adalah shalat yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama, seorang menjadi imam dan yang lainnya menjadi makmum dengan syarat-syarat yang ditentukan.
Sedangkan Shalat munfarid adalah shalat yang dilakukan sendirian tidak ada imam dan tidak ada makmum.

Hukum dan keutamaan shalat berjamaah

Hukum shalat berjama’ah adalah sunnah muakkad artinya dikuatkan atau sangat dianjurkan.
      Keutamaan shalat berjama’ah atas shalat munfarid
... صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً
Hadis riwayat Ibnu Umar radhiyAllahu 'anhu: ia berkata: Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Salat berjamaah lebih utama dua puluh tujuh derajat dari salat sendiri.” (HR. Imam Muslim).

B.    Ketentuan Sholat Berjamaah

1.     Syarat menjadi imam
            Imam adalah orang yang memimpin shalat berjama’ah, dia berdiri di depan anggota jama’ah yang lain. Oleh karenanya seorang imam dalam shalat harus memenuhi syarat dan ketentuan sebagai berikut :
a.    Orang yang lebih fasih dalam membaca Al Qur’an.
b.    Orang yang lebih luas wawasannya tentang agama Islam.
c.    Diutamakan yang lebih tua usianya.
d.    Memiliki akhlak mulia, sehing tidak dibenci oleh makmum.
e.    Imam memperhatikan saf (barisan) makmum dan memerintahkan makmum meluruskan dan merapatkan saf.
f.     Tidak mengikuti gerakan orang lain, sebaliknya anggota jama’ah yang lain lain  mengikuti gerakan imam.
g.    Mengikuti ketentuan imam laki-laki/perempuan sebagai berikut :
•  Bila makmumnya laki-laki maka imam harus laki-laki.
•  Bila makmumnya perempuan semuanya maka imam boleh laki-laki maupun perempuan.
h.    Berniat menjadi imam.

Bila imam mengetahui bahwa diantara makmumnya terdapat orang-orang yang sudah tua, orang yang lemah, sakit, dan anak-anak, maka shalatnya lebih dipercepat sedikit, jangan terlalu lama.

2.      Syarat Menjadi Makmum
  • Berniat menjadi makmum (mengikuti imam).
  • Mengikuti imam dalam setiap gerakan shalat, tidak boleh mendahului.
  • Berada satu lingkungan shalat dengan imam.
  • Mengetahui setiap gerakan imam baik secara langsung atau mengikuti saf di depannya.
  • Harus berada pada posisi di belakang imam.
  • Shalat yang dikerjakan sama dengan shalatnya imam.
  • Apabila imam batal maka makmum yang tepat di belakang imam yang menjadi pengganti.


3.      Macam-macam Makmum

a.    Makmum Muwafiq
       Makmum muwafiq adalah makmum yang dapat mengikuti shalat imam secara  sempurna mulai rakaat pertama sampai akhir.
Bilangan rakaat tersebut dihitung sempurna apabila makmum masih sempat membaca surat Al-Fatihah walaupun hanya satu ayat, kemudian dia bisa rukuk bersama-sama dengan imam. Hadits Rasulullah SAW:

artinya :“Apabila salah seorang di antara kamu datang untuk shalat sementara kami sedang sujud, maka hendaklah kamu sujud dan janganlah kamu hitung itu satu rakaat; dan barang siapa mendapati ruku’ bersama imam maka ia telah mendapat satu rakaat.” (HR. Abu Dawud)

b.    Makmum Masbuk
           Makmum masbuk adalah makmum yang tidak dapat mengikuti imam secara sempurna mulai dari rakaat pertama, sehingga dia harus menambah sendiri sejumlah rakaat sesudah imam salam.
Hadits Rasulullah SAW :

Artinya :“Bagaimana keadaan imam ketika kamu mendapatinya, hendaklah kamu ikut; dan apa yang ketinggalan olehmu maka semprnakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beberapa ketentuan makmum masbuk sbb:
1)      Apabila makmum takbiratul ihram sewaktu imam belum rukuk, hendaklah makmum membaca Surat Al-Fatihah sedapat mungkin.  Akan tetapi jika belum selesai membaca Surat Al-Fatihah dan imam telah rukuk, maka makmum melakukan rukuk mengikuti imam.
2)      Apabila makmum mendapati imam sedang rukuk, hendaklah makmum takbiratul ihram, kemudian melakukan rukuk mengikuti imam.
3)      Makmum masbuk yang dapat melakukan rukuk bersama imam dengan sempurna, maka shalatnya dihitung mendapat satu rakaat.
4)      Apabila makmum mendapati imam sedang sujud, maka makmum (setelah takbiratul ihram) langsung melakukan sujud bersama imam. Hal yang demikian belum dapat dihitung satu rakaat. Setelah imam membaca salam, makmum masbuk berdiri lagi ntuk menambah jumlah rakaatnya yang masih kurang.  

4.      Saf Shalat berjamaah

  • Makmum satu orang

Apabila makmum hanya satu orang, maka ia berdiri disebelah kanan imam agak ke belakang. 

  • Makmum terdiri dua orang laki-laki

Apabila makmum terdiri dari dua orang laki-laki, maka ia berdiri di belakang imam, satu berdiri di sebelah kanan imam dan satunya lagi berdiri di sebelah kiri.



  •  Makmum terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Apabila makmum terdiri dari laki-laki dan perempuan, maka saf laki-laki berdiri di saf paling depan. Makmum perempuan di belakang saf laki-laki agak jauh jaraknya. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat apabila ada jamah laki-laki yang datang terlambat.


  •   Makmum terdiri dari laki-laki dan perempuan dewasa, anak-anak laki-laki  dan perempan.


Kekuatan Maaf Rasulullah SAW
Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam.Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majelis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab yang melihat gelagat buruk segera menghadangnya.

Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?” Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, “Aku datang ke negeri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”. Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?”. Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah.

Maka Umar memberanikan diri bertanya, “Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku dan buka tali pengikat orang itu”. Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya, “Ucapkanlah Laa ilaha illallah”. Si musyrik itu menjawab dengan ketus, “Aku tidak akan mengucapkannya!”. Rasulullah membujuk lagi, “Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah.” Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, “Aku tidak akan mengucapkannya!”

Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu diuntung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negerinya.

Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia berkata, “Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad Rasul Allah.” Rasulullah tersenyum dan bertanya, “Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keridhaan Allah Robbul Alamin.”

Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, “Ketika aku memasuki kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah SAW.”


Bicaralah Yang Baik atau Diam
 Rasulullah SAW mengatakan “Bicaralah yang baik atau diam”. Pesan Rasulullah SAW itu menyuruh kita bersifat aktif berbicara namun pembicaraannya harus yang bersifat kebaikan.  Kalau berbicara kebaikan tidak bisa, maka lebih baik diam saja.Sekarang begitu banyak diantara kita yang asal bicara, tanpa menilai apakah pembicaraannya itu baik atau buruk, bermanfaat atau sebaliknya. Dan sering tanpa berfikir apakah bicara kita itu bernilai pahala atau bernilai dosa.  Sesungguhnya lisan kita akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat, jadi
hendaknya berhati-hatilah jika berbicara.  Termasuk dalam hal ini adalah bicara dalam hati sendiri yang orang lain tidak mengetahui bahwa hati kita membicarakan seseorang.  Lebih baik hati kita buat sibuk berdzikir kepada Allah daripada berbicara macam-macam.  Lebih jauh lagi hendaklah kita aktif melangkahkan kaki ke tempat yang baik-baik yang disana kita akan memperoleh kebaikan/pahala.  Pergi ke majelis ta’lim, silaturahim atau menengok orang sakit misalnya. Dan jika tidak bisa maka diam saja di rumah itu lebih baik. Intinya hidup kita ini haruslah bersifat aktif tidak pasif.  Lisan kita harus berbicara hati kita juga harus berbicara, kaki kita pun harus melangkah, karena itulah tugas kekhalifahan dan kehambaan kita.  Berbuat dan berbuat namun jika tidak bisa berbuat hal yang baik maka diamlah.  Termasuk mata dan telinga kita, jika tidak bisa kita gunakan dalam hal kebaikan maka lebih baik tutup mata dan pejamkanlah demikian hendaknya.

sumber : Buletin Al Mujahidin 13/13
Tangisan Rasulullah SAW
 Pada suatu ketika Rasulullah SAW sedang khusyuk bertawaf di Ka’bah, beliau mendengar seseorang di hadapannya bertawaf, sambil berzikir: “Ya Karim! Ya Karim!”  Rasulullah SAW menirunya membaca “Ya Karim! Ya Karim!” Orang itu Ialu berhenti di salah satu sudut Ka’bah, dan berzikir lagi: “Ya Karim! Ya Karim!” Rasulullah SAW yang berada di belakangnya mengikut dzikirnya “Ya Karim! Ya Karim!” Merasa seperti diolok-olok orang itu menoleh ke belakang dan terlihat olehnya seorang lelaki gagah dan tampan yang belum pernah dikenalinya. Orang itu Ialu berkata: “Wahai orang tampan! Apakah engkau memang sengaja memperolok-olokku, karena aku ini adalah orang Arab badwi? Kalaulah bukan karena ketampanan dan kegagahanmu, pasti engkau akan aku laporkan kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah SAW.”

Mendengar kata-kata orang badwi itu, Rasulullah SAW tersenyum,
lalu bertanya: “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?” “Belum,” jawab orang itu. “Jadi bagaimana kau beriman kepadanya?” “Saya percaya dengan mantap atas kenabiannya, sekalipun saya belum pernah melihatnya, dan membenarkan perutusanNy sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya,” kata orang Arab badwi itu pula.

Rasulullah SAW pun berkata kepadanya: “Wahai orang Arab! Ketahuilah aku inilah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat!” Melihat Nabi di hadapannya, dia tercengang, seperti tidak percaya kepada dirinya. “Tuan ini Nabi Muhammad?!” “Ya” jawab Nabi SAW. Dia segera tunduk untuk mencium kedua kaki Rasulullah SAW. Melihat hal itu, Rasulullah SAW menarik tubuh orang Arab itu, seraya berkata kepadanya: “Wahal orang Arab! jangan berbuat serupa itu. Perbuatan seperti itu biasanya dilakukan oleh hamba sahaya kepada juragannya, Ketahuilah, Allah SWT mengutusku bukan untuk menjadi seorang takabur yang meminta dihormati, atau diagungkan, tetapi demi membawa berita.

Ketika itulah, Malaikat Jibril turun membawa berita dari langit dia berkata: “Wahai Muhammad! Tuhan As-Salam mengucapkan salam kepadamu dan bersabda: “Katakanlah kepada orang Arab itu, agar dia tidak terpesona dengan belas kasih Allah SWT. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di hari Mahsyar nanti, akan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar!” Setelah menyampaikan berita itu, Jibril kemudian pergi. Maka orang Arab itu pula berkata: “Demi keagungan serta kemuliaan Tuhan, jika Tuhan akan membuat perhitungan atas amalan hamba, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengannya!” kata orang Arab badwi itu. “Apakah yang akan engkau perhitungkan dengan Tuhan?” Rasulullah bertanya kepadanya. “Jika Tuhan akan memperhitungkan dosa-dosa hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa kebesaran maghfirahnya” jawab orang itu. “Jika Tuhan memperhitungkan kemaksiatan hamba, maka hamba akan memperhitungkan betapa keluasan pengampunan-Nya. Jika Tuhan memperhitungkan kekikiran hamba, maka hamba akan memperhitungkan pula betapa kedermawanannya”

Mendengar ucapan orang Arab badwi itu, maka Rasulullah SAW pun menangis mengingatkan betapa benarnya kata-kata orang Arab Badwi itu, air mata beliau meleleh membasahi Janggutnya. Lantaran itu Malaikat Jibril turun lagi seraya berkata: “Wahai Muhammad! Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu, dan bersabda: Berhentilah engkau menangis! Sesungguhnya karena tangismu, penjaga Arasy lupa dari bacaan tasbih dan tahmidnya, sehingga la bergoncang. Katakan kepada temanmu itu, bahwa Allah tidak akan menghisabnya, juga tidak akan memperhitungkan kemaksiatannya.  Allah sudah rnengampuni semua kesalahannya dan la akan menjadi temanmu di surga nanti!” Betapa bahagianya orang Arab badwi itu, mendengar berita tersebut. la Ialu menangis karena tidak berdaya menahan keharuan dirinya.


sumber : Buletin Al Mujahidin

Akhlak Lil-Banin (Akhlak Seorang Anak)

Akhlaqul Banin - KEWAJIBAN ANAK TERHADAP ALLAH SWT

     Wahai anak yang sopan: Sungguh Allah telah menganugerahkan nikmat yang banyak untukmu: Allah mengadakanmu setelah tiada, memberimu akal, dan menghadiahkan untukmu agama Islam, yang merupakan nikmat paling besar, memberikan nikmat pendengaran, penglihatan, lisan untukmu, kedua tangan, kedua kaki, dan menciptakan penglihatan yang jelas, dengan sebaik-baik ciptaan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan penciptaan yang sebaik-baiknya”
 Dan memberimu kesehatan walafiat, meletakkan kasih sayang di hati kedua orang tuamu, sampai keduanya mendidikmu dengan pendidikan yang sempurna dan menekankan rasa cinta terhadap guru-gurumu, sampai dia mengajarkan apa-apa yang bermanfaat bagi agama dan duniamu, dan masih banyak lagi nikmat-nikmat Allah SWT yang tidak dapat dihitung.

“Jika kamu menghitung nikmat Allah maka kamu tidak dapat menghitungnya”
Maka diharuskan untukmu bersyukur atas nikmat Tuhanmu: dengan mentaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, mengagungkan-Nya di hatimu, tidak melakukan perbuatan yang buruk, walaupun dalam keadaan sendirian, sebagaimana dalam hadis : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada”. Dan cintailah Tuhanmu melebihi cinta terhadap kedua orang tuamu, dirimu, dan cintailah juga Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Nabi-nabi-Nya, dan orang-orang sholeh dari pada hamba-hamba-Nya, dikarenakan Allah SWT mencintai mereka.
Dan diwajibkan atasmu juga: memohon kepada Allah dalam setiap kebutuhanmu, wajib pula untukmu bertawakal kepada Allah dalam setiap perkara-perkaramu, sebagaimana firman Allah SWT: (“Hanya kepada Allah aku bertawakal jika kamu seorang mu’min”). Dan sebagaimana  dalam hadis Ibnu Abbas Ra : Bahwa Nabi Saw berkata kepadaku: wahai anak kecil: Sesungguhnya aku mengajarimu kalimat : Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah maka kamu akan mendapati-Nya sebagaimana Dia mendapatimu, jika kamu bertanya maka bertanyalah kepada Allah, dan jika kamu memohon maka mohonlah kepada Allah, ketahuilah jika satu umat bersatu untuk membuat sesuatu yang bermanfaat bagimu maka tidak akan bermanfaat sesuatu itu kecuali telah Allah tetapkan untukmu dan jika satu umat bersatu untuk membuat sesuatu yang membahayakanmu maka tidak akan berbahaya sesuatu itu kecuali telah Allah tetapkan untukmu. Telah terangkatnya pulpen dan telah keringnya lembaran.
Jika kamu bersyukur kepada Tuhanmu maka bertambahlah untukmu nikmat-Nya, sebagaimana firman Allah dalam kitab-Nya yang mulia: (“Jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah untukmu”). Allah akan menjagamu dari musibah, mengabulkan harapan dan keinginanmu dan menjadikan makhluk yang lainnya mencintaimu pula:
“Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal sholeh, Allah akan tanamkan rasa cinta dari makhluk yang lain”

Allah mencintai mereka dan menanamkan rasa cinta kepada manusia. Sebagaimana dalam hadis :

“Sesungguhnya Allah Maha melimpah keberkahan: Apabila Allah mencintai seseorang hamba maka Allah akan berseru keapada malaikat Jibril: Sesungguhnya Allah telah mencintai fulan maka cintailah dia, kemudian Jibril berseru di langit: Sesungguhnya Allah telah mencintai fulan maka cintailah dia, maka dia akan dicintai penduduk langit, jika orang ini berdoa maka akan dikabulkan”.

Akhlaqul Banin  - KEWAJIBAN ANAK TERHADAP NABINYA

Ketahuilah sesungguhnya Nabi memiliki hak yang besar atasmu, dan haknya Nabi adalah yang terbesar setelah Allah dan beradab kepada Nabi sangat ditekankan dan sangat wajib, Beliaulah yang membawa agama islam dengan perantaranya kamu mengetahui Tuhanmu, kamu dapat membedakan yang halal dan haram, dan sungguh kamu tidak mampu membalas selamanya, maka diwajibkan atasmu mencintainya dengan cinta yang tulus. Sebagaimana dalam hadis:
“ Tidaklah beriman seseorang diantara kalian, sampai saya (Nabi) lebih dicintai dibandingkan kecintaan kepada anaknya, ayahnya dan manusia yang lain”.
Dan sungguh sebagai tanda cinta terhadap Tuhanmu adalah dengan mencintai Nabinya dan mengikuti perjalanan hidupnya, sebagaimana firman Allah SWT:

“ Katakanlah Jika kalian mencintai Allah maka  ikutilah Aku, pasti Allah akan mencintai kalian”
Cintai juga keluarga beliau, dan sahabat-sahabat, serta seluruh umatnya, sebagaimana dalam hadis:
“ Cintailah Allah yang telah menganugerahkan nikmatnya yang besar kepada kalian, dan cintailah aku karena kecintaan kepada Allah, dan cintailah Ahlul Baitku karena kecintaan kepadaku ”
Dan dalam hadis yang lain:
“ Jagalah aku dengan sahabatku, dan jangan jadikan mereka sasaran diskriminasi  setelah diriku, barang siapa yang mencintaiku maka aku akan mencintainya, dan barang siapa yang membenciku maka aku akan membencinya ”
Dan dalam hadis yang lainnya:
“ Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sampai dia mencintai dirinya sendiri “
Dan taatilah Nabi kalian dalam setiap perkara, seperti firman Allah:
“ Siapa yang taat kepada Rasul maka taat kepada Allah ”
“ Dan apa-apa yang diperintahkan Nabi ambilah atau ikutilah dan apa-apa yang dilarang Nabi maka tinggalkanlah “
Dan dari bentuk ketaatan itu adalah kamu menolong agamanya dengan ucapan dan perbuatan , membela syariatnya dengan segenap kemampuan dan hendaknya bersholawat atasnya sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya:
“ Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya bersholawat atas Nabi. Wahai orang yang beriman bersholawatlah atasnya “
Dan khususnya bersholawat pada malam jum’at dan hari jum’at nya, sebagaimana dalam hadis:
“ Perbanyaklah kalian sholawat kepadaku setiap malam jum’at dan pada hari jum’at nya, barang siapa yang melakukannya aku akan menjadi saksi untuknya dan memberikan syafaat di hari kiamat “

Sumber : Ustadz Djuned Gamaruddin

Akhlaqul Banin  - KEWAJIBAN ANAK TERHADAP ALLAH SWT

Wahai anak yang sopan: Sungguh Allah telah menganugerahkan nikmat yang banyak untukmu: Allah mengadakanmu setelah tiada, memberimu akal, dan menghadiahkan untukmu agama Islam, yang merupakan nikmat paling besar, memberikan nikmat pendengaran, penglihatan, lisan untukmu, kedua tangan, kedua kaki, dan menciptakan penglihatan yang jelas, dengan sebaik-baik ciptaan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dengan penciptaan yang sebaik-baiknya”
 Dan memberimu kesehatan walafiat, meletakkan kasih sayang di hati kedua orang tuamu, sampai keduanya mendidikmu dengan pendidikan yang sempurna dan menekankan rasa cinta terhadap guru-gurumu, sampai dia mengajarkan apa-apa yang bermanfaat bagi agama dan duniamu, dan masih banyak lagi nikmat-nikmat Allah SWT yang tidak dapat dihitung.

“Jika kamu menghitung nikmat Allah maka kamu tidak dapat menghitungnya”
Maka diharuskan untukmu bersyukur atas nikmat Tuhanmu: dengan mentaati perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, mengagungkan-Nya di hatimu, tidak melakukan perbuatan yang buruk, walaupun dalam keadaan sendirian, sebagaimana dalam hadis : “Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kamu berada”. Dan cintailah Tuhanmu melebihi cinta terhadap kedua orang tuamu, dirimu, dan cintailah juga Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Nabi-nabi-Nya, dan orang-orang sholeh dari pada hamba-hamba-Nya, dikarenakan Allah SWT mencintai mereka.
Dan diwajibkan atasmu juga: memohon kepada Allah dalam setiap kebutuhanmu, wajib pula untukmu bertawakal kepada Allah dalam setiap perkara-perkaramu, sebagaimana firman Allah SWT: (“Hanya kepada Allah aku bertawakal jika kamu seorang mu’min”). Dan sebagaimana  dalam hadis Ibnu Abbas Ra : Bahwa Nabi Saw berkata kepadaku: wahai anak kecil: Sesungguhnya aku mengajarimu kalimat : Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu, jagalah Allah maka kamu akan mendapati-Nya sebagaimana Dia mendapatimu, jika kamu bertanya maka bertanyalah kepada Allah, dan jika kamu memohon maka mohonlah kepada Allah, ketahuilah jika satu umat bersatu untuk membuat sesuatu yang bermanfaat bagimu maka tidak akan bermanfaat sesuatu itu kecuali telah Allah tetapkan untukmu dan jika satu umat bersatu untuk membuat sesuatu yang membahayakanmu maka tidak akan berbahaya sesuatu itu kecuali telah Allah tetapkan untukmu. Telah terangkatnya pulpen dan telah keringnya lembaran.
Jika kamu bersyukur kepada Tuhanmu maka bertambahlah untukmu nikmat-Nya, sebagaimana firman Allah dalam kitab-Nya yang mulia: (“Jika kamu bersyukur pasti Aku akan menambah untukmu”). Allah akan menjagamu dari musibah, mengabulkan harapan dan keinginanmu dan menjadikan makhluk yang lainnya mencintaimu pula:
“Sesungguhnya orang yang beriman dan beramal sholeh, Allah akan tanamkan rasa cinta dari makhluk yang lain”

Allah mencintai mereka dan menanamkan rasa cinta kepada manusia. Sebagaimana dalam hadis :

“Sesungguhnya Allah Maha melimpah keberkahan: Apabila Allah mencintai seseorang hamba maka Allah akan berseru keapada malaikat Jibril: Sesungguhnya Allah telah mencintai fulan maka cintailah dia, kemudian Jibril berseru di langit: Sesungguhnya Allah telah mencintai fulan maka cintailah dia, maka dia akan dicintai penduduk langit, jika orang ini berdoa maka akan dikabulkan”


Sumber : Ustadz Djuned Gamaruddin

Allah Beri Satu Kekurangan

Pikiranku mundur ke beberapa waktu lalu, di mana setiap hari aku menghabiskan waktu bersama mereka. Ya, di sekolah itu aku belajar banyak hal dari murid-murid kecilku. Belajar tentang keajaiban Tuhan Sang Penggenggam Kehidupan…

Setiap pagi kami berdoa bersama di lapangan sekolah, Al-Fatihah selalu membuka kegiatan di sekolah, Alhamdulillah bahagia rasanya anak-anak kecil itu sudah diajari mengenal penciptanya. Murid-muridku tidak semuanya cerdas intelektual, ada yang sangat cerdas, ada yang tergolong lumayan cerdas tetapi ada juga yang sama sekali tidak cerdas. Apapun kondisi mereka, semua itu anugerah-Nya, karena hanya Dia Yang Maha Cerdas.
Suatu hari, aku masuk dan mengajar di kelas percepatan (acceleration), tentu saja murid-muridku yang ada di kelas itu adalah anak-anak cerdas. Anak-anak yang diberi anugerah oleh Allah dalam kecerdasan intelektualnya. Terbukti dengan sikap kritis dan pengetahuan mereka yang sangat luas dan haus akan ilmu, ya mereka mewakili sifat Allah Ar-Rasyid, Yang Maha Cerdas. Tetapi cerdas saja tidak cukup, tidak semua dari mereka mampu memiliki sense of belonging terhadap temannya. Atmosfer persaingan dalam belajar begitu kental terasa karena memang mereka memiliki beragam bakat dan yang pastinya IQ tinggi. Cita-cita mereka pun beragam dan jauh dari bayanganku tentang anak-anak kecil.

Di hari lain, aku mengajar di kelas inklusi. Kelas yang berisi murid yang jumlahnya jauh lebih sedikit dari kelas lainnya. Kali ini aku benar-benar belajar tentang keagungan-Nya. Anak-anak ini sungguh luar biasa! Bukan karena kecerdasan mereka namun karena sisi lain dari kelembutan mereka. Tampak luar, mereka adalah anak-anak yang sama sekali tidak cerdas bahkan mereka tergolong anak-anak berkebutuhan khusus. Ada yang slow learner (sulit dalam belajar), hyperaktif, bahkan ada yang autis. Mereka semua berkumpul dalam satu kelas, belajar bersama. Semua guru yang mengajar di kelas ini dituntut untuk lebih bersabar dan sedikit mengelus dada karena ”keajaiban” anak-anak ini. Tidak cukup sekali dua kali memberi instruksi kepada mereka bahkan seringkali apa yang guru sampaikan tidak mereka dengar.
Satu yang saya ingat dari ”anak-anak spesial” ini, ketika itu aku hilang kesabaran karena kenakalan mereka tetapi aku tahan amarahku, yang kutahu memarahi mereka bukan penyelesaian dari suatu masalah. Ketika itu ada seorang murid yang memukul-mukul kepalaku, bisa dibayangkan betapa kompleksnya kenakalan mereka. Lalu, murid lainnya mengadu dan berkata, ”Kak, kepalanya dipukul-pukul, gak sopan deh. Marahin aja kak!” Tapi aku hanya tersenyum dan berkata, ”Tak apa, sudah ada malaikat di pundak kanan dan pundak kiri yang sibuk mencatat amal baik dan amal buruk kita. Kakak gak marah kok, biar saja, dia sudah paham tentang itu.” Mungkin bagi muridku yang mencoba membelaku, dia tampak jengkel dan kecewa karena aku tidak marah pada murid yang nakal. Atau mungkin aku terlihat bijak, tapi sungguh sejak aku berkata seperti itu, murid spesialku itu tidak lagi nakal padaku. Dia malah menjadi manja kepadaku. Entah apa yang membuatnya begitu, yang kutahu apa yang diungkapkan dari hati akan kembali ke hati.

Siapa sangka juga, anak-anak itu bukanlah anak yang bodoh, tidak cerdas, dan tidak berguna. Allah sengaja menitipkan mereka untuk dibimbing dan dicintai sepenuh hati. Salah satu dari mereka rupanya adalah seorang atlet tenis yang mewakili kota Jawa Tengah. Subhanallah... Allah Al-Adl’ selalu memberikan keadilan pada setiap kita. Bukanlah value dari IQ yang mereka miliki tapi value lain yang mungkin anak cerdas tidak memilikinya. Ada juga seorang muridku yang menangis karena merasa bodoh tetapi dia bilang, ”Aku emang bodoh kak, tapi aku percaya ada Allah yang selalu bimbing aku.” Betapa terharunya aku mendengar penuturan murid kecilku.
Seorang murid lain dengan ikhlas tidak pernah ikut bermain bola ketika jam olahraga, karena ia teringat pesan guru BK di sekolah. ”Aku gak boleh ikutan main bola karena Bu Guru pesan supaya aku menjaga dia. Dia kan gak bisa ikutan main bola.” Kepolosan seorang anak SD yang dengan ikhlas berkawan dengan temannya yang autis. Setiap hari dia duduk bersebelahan, menemani bermain dan bahkan dengan sabar memberi perhatian pada kawannya yang autis. Yang lain berkata, ”Kasihan dia, aku bersyukur gak jadi seperti dia. Walau bodoh tapi Allah sayang aku... Orang tuanya sabar banget kak...”
Terbayang betapa saat ini aku merindukan mereka dengan segala keunikannya. Memang benar Allah itu Maha Adil, dan Dia selalu memiliki maksud dari setiap ciptaan-Nya. Tidak ada sesuatu pun yang kebetulan, Dia hanya meminta kita untuk terus mensyukuri apa yang Dia berikan. Mungkin kalau anak-anak itu boleh memilih, mereka pastilah ingin menjadi anak-anak yang cerdas dan membanggakan orang tuanya tetapi mereka tidak bisa memilih. Pilihan mereka hanyalah berusaha seoptimal mungkin dengan anugerah yang diberikan oleh-Nya.
Ketika Allah memberi kekurangan kepada kita, tengoklah sisi lain dari kita, di sana akan terdapat berjuta kelebihan yang Dia beri agar kita selalu bersujud dan bersyukur kepada-Nya.
Mega Tala Harimukthi (Alumni ESQ Semarang)

sumber : Buletin Al Mujahidin 09/12


Akhlaqul Banin  - SEKELUMIT DARI AKHLAK NABI 
Nabi adalah orang yang paling baik akhlaknya, Tuhannya telah memujinya dengan firmanNya:
“ Sesungguhnya engkau benar-benar agung “
Dan Allah telah menjadikannya panutan untuk kaum muslimin dalam perkataan dan perbuatan, sebagaimana firman Allah SWT
“ Sesungguhnya pada diri Rasul terdapat suri tauladan yang baik untuk kalian “
Allah telah mengutus Rasul untuk menyempurnakan adab, dan akhlak. Dan dalam hadis:
“ Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak “


Dan sesungguhnya diantara akhlak nabi adalah: menjaga kesucian diri dan menerima apa adanya: beliau puas terhadap pakaian dan makanan yang ada atau tersedia, dan tidak menanyakan yang tidak ada, beliau tidak pernah sama sekali mencela makanan yang tidak disuka tetapi apabila beliau suka makanannya maka beliau akan memakannya, dan apabila beliau tidak suka makanannya maka beliau tidak memakannya, beliau tidak berusaha menanamkan kebencian kepada orang lain, beliau tidak meminta sesuatu apapun dari seseorang, tidak memanjangkan matanya apa yang ada pada orang lain (tidak celamitan),  beliau sangat penyantun dan tidak emosional atau tidak pemarah, beliau sangat sabar menghadapi bala ujian dan cobaan, beliau memaafkan terhadap orang yang berbuat jahat kepadanya, tawadu atau rendah hati kepada anak kecil maupun dewasa, dan diantara bentuk rendah hati beliau adalah: Apabila beliau melewati anak-anak, beliau memberikan salam kepadanya, apabila seseorang memanggilnya, beliau menjawabnya dengan ucapan “labbaik” (saya menyambutmu), beliau tidak suka apabila seseorang bangkit dari majelisnya karena beliau datang, beliau menjahit pakaiannya, mengesol sendalnya, menyapu rumahnya, melayani keluarganya, apabila membeli sesuatu, beliau membawanya sendiri, temannya berkata kepada Nabi: “berikanlah kepada saya, saya yang akan membawakannya” dan Nabi berkata: “pemilik sesuatu lebih berhak untuk membawanya”.
Dan diantara akhlak beliau juga: Beliau adalah orang yang berani, selalu berada di depan, beliau yang selalu terdepan di medan perang, dekat dengan musuh, beliau sangat teguh dalam prinsip, sabar dalam menunaikan kewajiban, meskipun menghadapi tantangan yang berat, gangguan yang besar, berkata jujur, dan amanah dalam seluruh perkataan dan perbuatannya, sehingga beliau terkenal diantara kaumnya dengan gelar “Muhammad al-amin” (Muhammad yang dapat dipercaya).
Beliau sangat takut kepada Allah SWT, sangat pemalu, beliau besar kasih sayang, sangat pengasih dan penyayang, beliau tidak pernah menyakiti manusia dan hewan, beliau menyayangi orang fakir dan miskin, banyak bersedekah, beliau selalu memenuhi undangan mereka apabila diundang, beliau makan bersama mereka, beliau mengunjungi orang-orang yang sakit diantara mereka, beliau adalah manusia paling mulia, tidak pernah menolak apabila seseorang meminta kepadanya, pada suatu hari seseorang datang kepada Nabi untuk meminta sesuatu namun beliau tidak mempunyai sesuatu untuk diberi, akan tetapi beliau menjanjikan akan memberikan di waktu yang lain. Pada suatu hari seseorang datang kepada Nabi dan meminta sesuatu lalu Nabi memberinya kambing, yang mana sampai memenuhi dua bukit, dan seseorang itu kembali kepada kaumnya. Dan berkata,: “masuk islamlah, sesungguhnya Nabi Muhammad kalau memberikan  pemberian, beliau seperti orang yang tidak takut miskin”.
Nabi menyanyangi pembantunya : Nabi tidak pernah membentak pembantunya, Nabi memerintahkan untuk memaafkan pembantu apabila pembantu melakukan kesalahan. beliau mencintai anak-anak kecil dan mengucapkan salam kepadanya, apabila waktu beliau sholat dan mendengar anak kecil sedang mengangis beliau meringankan atau mempersingkat bacaan sholatnya. Pada suatu hari masuklah sayyidina Hasan beliau masih kecil, Nabi Saw sedang sholat lalu imam Hasan menaiki punggung nabi, dan nabi sedang bersujud, nabi melamakan sujudnya, karena sayang kepadanya sampai turun dari punggung nabi. Anas bin Malik ra saudara Nabi dikatakan untuknya: “Abu Umair, kamu mempunyai burung kecil yang patuknya berwarna merah, dia senang bermain dengan burungnya, pada suatu hari burungnya mati dan Nabi Muhammad datang mengucapkan salam, anak kecil itu sedang bersedih, Nabi bertanya: “kenapa anakmu?” dia berkata: “burungnya mati ya Rasulullah”, Nabi berkata: “wahai Abu Umair apa yang terjadi terhadap burungmu itu?” Nabi berbela sungkawa kepada Abu Umair terhadap apa yang menimpa burungnya.



Sumber : Ustadz Djuned Gamaruddin